Minggu, 30 Maret 2014

MISTERI SEGITA BERMUDA MENURUT ISLAM

Segitiga Bermuda yang teretak di wilayah lautan Samudera Atlantik seluas 15 juta mil persegi yang membentuk garis segitiga antara wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik sebelah utara, Puerto Rico US sebagai titik sebelah selatan dan Miami negara bagian Florida Amerika di sebelah barat.


www.belantaraindonesia.org

Kita pasti sudah sering mendengar keanehan - keanehan yang terjadi di Segitiga Bermuda, kapal laut maupun udara yang hilang secara misterius. Ada yang mengatakan, Segitiga Bermuda rumahnya Alien dan UFO, pusat magnet terbesar di jagat raya atau juga di anggap pusat Bumi atau Black Hole yang mampu menyedot apapun yang melintasinya. Kemudian apa pendapat Islam tentang Segitiga Bermuda?

Ada hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda “Apabila salah seorang berada ditempat yang terbuka atau ditengah Matahari sedang bersinar, lalu bayangan yang meneduhinya bergerak sehingga sebagian dari dirinya terletak ditempat panas dan sebagian lagi di tempat sejuk, maka hendaklah dia berdiri atau meninggalkan tempat itu

Dikatakan larangan ini karena tempat seperti itu adalah tempat yang paling digemari oleh Syaitan. Jadi apa kaitannya dengan Segitiga Bermuda?

Alasannya karena Segitiga Bermuda terletak di perairan Atlantik di pertengahan antara benua Amerika bagian utara dan Afrika. Secara mudah lokasi ini adalah kawasan pertembungan dua arus panas dari Afrika dan sejuk dari Amerika Utara.

Dengan hadist ini maka terjawablah misteri di Segitiga Bermuda. Perkara - perkara aneh yang terjadi itu tentu antara lain disebabkan pertemuan antara panas dan sejuk dan istana Syaitan yang mungkin tersembunyi disitu.

www.belantaraindonesia.org

Ada sebuah buku yang berjudul “Dajjal akan muncul dari kerajaan jin di Segitiga Bermuda” Karya Sheikh Muhammad Isa Dawuud dari Mesir, bahwa kawasan Bermuda adalah kawasan Jin dimana dari situlah akan muncul Dajjal. Jika benar dakwaan buku itu, tidak aneh lagi apa yang di Sabdakan oleh Nabi SAW itu nyata adanya dan bahkan mendahului zaman sekaligus Nabi SAW membuktikan bahwa Islam memiliki semua jawaban untuk semua pertanyaan.

Menurut Syaikh Imam M. Ma’rifatullah Al-arsy, Segitiga Bermuda merupan tempat titik terujung di dunia ini. Ditengah kawasan itu terdapat sebuah telaga yang airnya dapat membuat siapa saja yang meminumnya menjadi panjang umur, ditempat itu pula Nabiyullah Khidzir A.S bertahta sebagai penjaga sumber air kehidupan tersebut. Syaikh imam M. M berkata kalau penyelamat akhir Zaman Imam Mahdi akan keluar dari Ghaibnya melalui tempat tersebut dengan menggunakan jubah suci berwarna kebiruan.

Lalu apa penyebab hilangnya berbagai macam kapal ditempat itu? Menurut Syaikh Imam M lagi, para iblis dan Syaitan tersebut yang tak bisa mendekati pusat kawasan agung itu, maka mereka pun berjaga disekelilingnya dan bertujuan untuk menghalangi setiap manusia yang mencoba untuk memasuki kawasan agung itu ( Segitiga Bermuda ). Karena sesungguhnya barang siapa yang bisa sampai ketempat titik tengah kawasan Segitiga Bermuda, maka dia akan mengetahui kebenaran alam yang sesungguhnya.

Banyak orang - orang jaman dahulu yang telah mencoba kepusat Segitiga Bermuda dan kebanyakan dari mereka enggan untuk kembali pulang ke dunianya. Menurut sebuah artikel kuno, Raja Iskandar Agung pernah mencoba masuk ke kawasan agung itu.

Dan sekembalinya mereka mengatakan bahwa tempat itu berpasirkan permata dan berbatukan berlian. Tempat yang dipenuhi dengan kabut putih tebal itu sangat indah untuk dipandang tapi sangat berbahaya untuk di datangi.

SEJARAH MAHAMERU


Mahameru, adalah sebutan terkenal dari puncak Gunung Semeru dengan ketinggian ± 3.676 meter diatas permukaan laut ( mdpl ), menempatkan diri sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung Semeru termasuk salah satu dari gunung berapi yang masih aktif di Jawa Timur, terletak diantara wilayah Administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang dengan posisi geografis antara 7°51’ - 8°11’ Lintang Selatan, 112°47’ - 113°10’ Bujur Timur.


www.belantaraindonesia.org

Puncak Gunung Semeru ( Mahameru ) dapat terlihat dengan jelas dari Kota Malang dan beberapa tempat lainnya dengan bentuk kerucut yang sempurna, tapi pada kondisi yang sebenarnya di puncak berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jonggring Saloko pada tahun 1913 dan tahun 1946 mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candipura dan Lumajang.

Gunung Semeru adalah bagian termuda dari Pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas material vulkanik yang dikeluarkannya berupa Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda, Material lahar vulkanik bercampur dengan air hujan atau air sungai, Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran, Pertumbuhan lambat / berangsur dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.

Formasi geologi Gunung Semeru merupakan hasil gunung api kwarter muda, dengan jenis batuan terdiri dari : abu pasir / tuf dan vulkan intermedian sampai basis dengan fisiografi vulkan serta asosiasi andosof kelabu dan regosol kelabu dengan bahan induk abu / pasir dab tuf intermedian sampai basis. Bentuk struktur geologi menghasilkan batuan yang tidak padat dan tidak kuat ikatan butirannya, mudah tererosi dimusim penghujan.

Jenis tanahnya adalah regosol, merupakan segabungan tanah dengan sedikit perkembangan profil dengan sedikit perkembangan profil dengan solum dangkal, tipis pada bahan induk kukuh. Pada umumnya ditempat tinggi lainnya, daerah sepanjang route perjalanan dari mulai Ranu Pane ( 2.200 mdpl ) sampai Puncak Semeru mempunyai suhu relatif dingin.

Suhu rata - rata berkisar antara 30C – 80C pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 00C – 120C kadang - kadang pada beberapa daerah terjadi hujan es yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau dan sebaliknya. Dinginnya suhu disepanjang route perjalanan ini bukan semata - mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menjadi udara semakin dingin.

www.belantaraindonesia.org

Berdasarkan topografi kawasan secara makro, pada tiupan angin membentuk pola yang tidak menentu dalam arti dominasi arah angin sulit ditentukan selalu berubah - ubah. Bentuk topografi yang dilingkari oleh tebing tinggi sekitar 200-500 meter sebenarnya memungkin dapat menahan arus kecepatan angin, tetapi karena banyak celah/lorong tebing tersebut, maka arus angin tidak tertahan bahkan melaju dengan kecepatan yang lebih cepat.

Topografi dan Iklim
Bentuk topografi yang berupa cekungan sering terjadi angin siklus. Angin yang bertiup dikawasan ini berkaitan erat dengan pola angin disekitarnya, yaitu Angin tenggara atau angin Gending, Angin timur laut dan Angin barat laut. Kecepatan angin yang terjadi cukup kuat antara 8 – 30 knots, dimana saat musim angin kencang banyak dijumpai pohon tumbang.

Angin ini bertiup antara bulan Desember – Pebruari, dan untuk mencegah bahaya disarankan agar wisatawan / pengunjung tidak melakukan pendakian ke gunung semeru. Merupakan hal yang biasa bila terjadi kabut sepanjang route perjalanan pendakian pada pagi hari dan sore hari sampai malam hari.

Didaerah Ranu Kumbolo dan Kalimati sebagai tempat untuk menginap / bermalam selalu ditutupi kabul yang tebal. Keberadaan kabut yang terjadi didua tempat tersebut selain dinginnya suhu udara ( proses kondensasi udara ), juga angin yang bertiup didaerah tersebut sambil membawa kabut.

Khusus di daerah Ranu Kumbolo dengan adanya danau yang cukup luas menjadi pendukung pembentukan kabut karena proses penguapan air danau. Secara umum keadaan iklim di wilayah gunung Semeru dan sekitarnya termasuk type iklim B ( Schmidt & Ferguson ) dengan curah hujan antara 927 mm – 5.498 mm pertahun dan hari hujan 136 hari / tahun.

Musim hujan jatuh sekitar bulan Nopember–April. Suhu udara di puncak Gunung Semeru pada bulan – bulan tersebut berkisar antara 2 derajat celcius – 4 derajat celcius.

Vegetasi dan Keanekaragaman Hayati 
Vegetasi yang berada di wilayah Gunung Semeru dan sekitarnya yang termasuk dalam Zona Sub Alfin di dominir oleh jenis pohon Cemara Gunung ( Casuarina Junghuhniana ), Jumuju ( Podocarpus sp ), Mentigi ( Vacinium varingifolium ), Kemplangdingan ( Albazialophanta ) dan Akasia ( Accasia decurrens ).

Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh Alang – alang ( Imperata Cylindrica ), Kirinyuh ( Euphatorium odoratum ), Tembelekan ( Lantana camara ), Harendong ( Melastomo malabathicum ) dan Edelwiss putih ( Anaphalis javanica ).

Pada lereng – lereng yang curam menuju puncak Semeru sekitar Arcopodo dijumpai jenis paku - pakuan seperti Gleichenia volubilis, Gleichenia longisulus dan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di wilayah Semeru selatan. Disekitar Gunung Semeru pada ketinggian lebih dari 3.100 meter dari permukaan laut, kondisinya merupakan batuan, pasir dan abu tanpa vegetasi sama sekali.

Kehidupan fauna yang terdapat di sekitar Gunung Semeru sangat terbatas, baik jumlah maupuan jenisnya yang terdiri dari beberapa jenis burung, primata dan satwa liar lainnya, antara lain Macan Kumbang ( Panthera pardus ), Kijang ( Muntiacus muntjak ), Kancil ( Tragulus Javanica ) dan lain – lain. Di Ranu Kumbolo terdapat Belibis ( Anas superciliosa ) yang masih hidup liar.

Rute Pendakian 
Pada bulan - bulan libur sekolah, pendakian menuju Gunung Semeru bakal ramai. Ranu Kumbolo yang menjadi favorit para pendaki dan sekaligus sebagai camp sementara untuk istirahat sebelum menuju puncak akan berubah menjadi perkampungan baru para pendaki dari berbagai penjuru.


Untuk Menuju daerah awal pedakian kita bisa mengunakan dua jalur yaitu dari arah Senduro – Lumajang dan Tumpang - Malang. Jalur Senduro–Lumajang Jalur ini relatif sepi bagi pendakian karena belum begitu terkenal di kalangan pendaki, Akses transportasi juga masih agak susah dijumpai untuk menuju ke Ranu Pani dari Senduro.

Bila kita melewati jalur sini kita bisa menikmati hutan hutan yang masih relatif alami dan tempat persembahyangan agama Hindu di Senduro yang merupakan pura terbesar di Jawa. Dari Senduro ke Ranupani membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan bermotor. Dari setelah tiba di Ranupani perjalanan sama dengan jalur Tumpang –Malang.

Jalur Tumpang - Malang
Pendakian dari arah Malang merupakan jalur favorit karena ketersedian akses tranportasi dan akomodasi yang mudah di dapat. Kota malang yang merupakan kota yang memiliki banyak panorama alam yang indah serta tempat tujuan wisata yang mudah dicapai. Kota yang dijuluki sebagai tempat belajar yang nyaman ini memungkinkan kita berkunjung ke pecinta alam salah satu perguruan tinggi yang terdapat di kota ini.


Dari Kota Malang perjalanan di lanjutkan menuju ke Tumpang via Terminal Arjosari dengan Angkot selama + 30 menit. Di Tumpang kita bisa langsung naik jeep dengan tarif berkisar Rp.15.000 sampai 25.000,- atau Truk yang menuju ke Ranupani. Disini kita bisa juga bermalam di tempat pemilik jeep bila kita kemalaman dan besoknya melanjutkan perjalanan.

Logistik bisa di dapat di sini serta sarana telepon juga sudah banyak. Dari Tumpang perjalanan dilanjutkan ke Ranu pani dengan melewati Gubuklakah, yang merupakan Desa penghasil apel lalu Ngadas, Tempat Suku tengger bermukim serta Jemplang – Bantengan ( Disini pemandangan ke Gunung Bromo nampak bagaikan hamparan permadani bila awal musin hujan mulai atau akan berakhir ) .

Perjalanan Tumpang ke Ranu pani membutuhkan waktu sekitar 4 – 5 jam. Ranu Pani (2000 m dpl) adalah sebuah dusun terahkir perjalanan bermotor dengan luas 279 Ha. Ditempat ini terdapat Pos Pemeriksaan Pendaki Gunung dan fasilitas yang ada berupa Pondok Pendaki, Pondok Penelitian, Pusat Informasi dan Kantor Resort, Wisma Cinta Alam, Wisma tamu dan Bangunan Pengelola.

Ditengah perkampungan Ranu Pani terdapat Danau ( Ranu ) Pani yang merupakan kawasan wisata yang mengasikan. Aktivitas memancing dan berjalan mengelilingi danau merupakan pengalaman yang terkesan. Dari Ranu Pani bila kita berjalan menyusuri jalan setapak lurus akan sampai di Ranu Regulo. (15 menit). Di Pos Ranu Pani kita juga dapat melakukan proses perijinan tetapi lebih baik perijinan dari kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jl. Raden Intan No. 6 Malang 65100 telp. 0341 – 491828. 

Dari Ranu Pani perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan beraspal sepanjang ½ kilometer menuju jalan setapak pendakian menuju ke Ranu Kumbolo ( 2.390 mdpl ). Melewati tanah pertanian daerah Watu Rejeng perjalanan menanjak di mulai. Disekitar perjalanan jalan ada yang tertutup oleh pohon tumbang/roboh ke jalan sehingga sesekali kita merayap di bawah tumbuhan rubuh. Nuansa perjalanan banyak dijumpai penduduk yang mencari kayu bakar serta burung di sepanjang route perjalanan.

www.belantaraindonesia.org

Jarak dari Ranu Pani ke Watu Rejeng sekitar 5 Km dengan waktu temput 90 menit. Lalu untuk sampai di Ranu Kumbolo membutuhkan waktu 90 menit dengan jarak 5 km. dan di Ranu Kumbolo kita bisa bermalam. Total Perjalanan dari Rani Pani Ke Ranu Kumbolo 3 – 4 jam perjalanan dengan jarak sekitar 10 Km. Ranu Kumbolo ( 2.390 mdpl ) merupakan lembah dan terdapat danau/ranu yang luasnya 12 ha.

Daerah ini tempat peristirahatan yang memiliki pemandangan dan ekosistem dataran tinggi yang asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah – celah bukit menunjukan warna – warni yang membuat di sekitar danau berwarna kemerah – merahan dan kekuningan, ditambah uap air diatas danau seakan - akan keluar dari danau tersebut.

Fasilitas yang terdapat disini berupa Pondok Pendaki dan MCK untuk istirahat dan memasak serta berkemah. Di daerah ini terdapat Prasasti peninggalan jaman purbakala dn diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Dari Ranu Kumbolo kita bisa menuju ke Pangonan Cilik yang merupakan sebuah nama untuk kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek - Ayek yang terletak tidak jauh dari Ranu Kumbolo.

Asal usul tersebut oleh masyarakat setempat dikarenakan kawasan ini mirip dengan padang penggembalaan ternak ( pangonan ). Daya tarik dari kawasan ini merupakan lapangan yang relatif datar ditengah - tengah kawasan yang disekitarnya dengan konfigurasi berbukit - bukit gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli, sehingga memberikan daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Setelah dari Ranu Kumbolo perjalanan diteruskan ke Kalimati. Melewati Tanjakan Cinta, yang merupakan tanjakan yang lumayan memeras tenaga dan diteruskan melewati Savana Oro - oro ombo ( 30 menit ). Daerah ini merupakan padang rumput luasnya + 100 Ha berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit – bukit gundul dengan tipe ekosistem asli tumbuhan rumput, lokasinya berada dibagian atas tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo.

Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang – kadang pada beberapa tempat terendam air hujan. Perjalanan diteruskan ke Cemoro Kandang memerlukan waktu sekitar 3 – 4 jam perjalanan pendakian dan diteruskan melewati Padang Rumput – Jambangan dan menuju ke Kalimati. Di sini kita dapat bermalam dengan fasilitas Pondok pendaki dan kebutuhan air untuk memesak dapat diambil dari Sumber Mani ( 15 Menit ).

Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati memerlukan waktu sekitas 4 - 5 jam perjalanan pendakian. Setelah dari Kalimati kita menuju ke Arcopodo ( 2 - 3 jam ). Arcopodo merupakan daerah yang berada dilereng puncak Gunung Semeru dan dapat digunakan untuk mendirikan tenda guna mencapai puncak Mahameru.

Pagi hari setelah bermalam dari Kalimati atau Arcopodo perjalanana pendakian kita lanjutkan menuju ke puncak Jonggring Saloko dengan melewati tanah berpasir dengan kemiringan hampir 60 – 70 derajat. Diperlukan kewaspadaan khusus dalam melewati medan ini karena banyak batu – batu yang longsor oleh angin atau pendaki di atas kita.

www.belantaraindonesia.org

Perjalanan Arcopodo ke Puncak membutuhkan waktu 3 - 4 jam perjalanan pendakian. Puncak Mahameru atau Puncak Jonggring Saloko memiliki keunikan pada setiap 10 – 15 menit sekali menyemburkan abu dan batuan vulkanik yang didahului semburan asa berwarna hitam kelam membumbung tinggi ke angkasa raya seakan – akan menyelimuti seluruh puncak. Suhu di puncak Mahameru kadang – kadang 0 – 4 derajat celcius yang disertai kabut yang tebal dan badai angin.

SEJARAH GUNUNG BROMO

Di daerah pegunungan di Tengger, kita tahu dari Gunung Batok, pasir laut, dan kawah Gunung Bromo yang terkenal. Rupanya mereka punya asal-usul dan sejarah dalam bentuk legenda.

Sebelum Rara Anteng menikah dengan Joko Seger (Lihat posting sebelum ini), banyak pria yang naksir. Maklum, sebagai Dewi keindahan sangat alami. Di antara kandidat, ada Kyai Bima, sihir kriminal. Rara Anteng tidak bisa hanya menolak proposal. Dia menerimanya dengan pemesanan, Kyai Bima membuat laut di gunung dan selesai dalam semalam.

Kyai Bima melakukan persyaratan tersebut dan bekerja keras menggali tanah untuk membuat lautan menggunakan shell (shell) yang menandai sampai sekarang Bathok Gunung, dan laut pasir (laut wed hi) banyak tersebar di sekitar puncak Gunung Bromo. Untuk mengairi lautan pasir, membangun raksasa dengan baik, bekas luka sekarang menjadi kawah Gunung Bromo.

Rara Anteng ingin melihat kekuatan supranatural dan kenekatan Kyai Bima. Dia segera menemukan cara untuk menggagalkan kepentingan Kyai Bima pada dirinya. Dia juga memukul jagung keras seperti fajar, ketika malam masih. Mendengar suara jagung berdebar, ayam dan burung gagak bangun. Begitu pula burung. Kyai Bima kaget. Dikira fajar. Tugasnya belum selesai. Kyai Bima Climbing Hill kemudian meninggalkan. Dia meninggalkan tanda-tanda:


1.Segara Wedhi, pasir di bawah Gunung Bromo
2.Mount Batok, yaitu, sebuah bukit terletak di sebelah selatan Gunung Bromo, yang berbentuk seperti cangkang yang melawan.
3.Heap tanah yang tersebar di daerah Tengger, yaitu: bahu gunung-banteng, Gunung Ringgit, Gunung Lingga. Gunung Gendera, dan lain-lain.


Asal nama Gunung Bromo (dari bahasa Sansekerta / Jawa Kuna: Brahma, salah satu dewa Hindu utama), gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.
Bromo memiliki ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut yang terletak di empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Tubuh Gunung Bromo bertautan bentuk antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo memiliki kawah dengan diameter ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

1. Sejarah letusan Gunung Bromo
Selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi pada tahun 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 2004.Image Gunung BromoPictures Gunung Bromo dari NASA.
Bromo Erupsi sejarah: 2004, 2001, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1040, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767.

2. Bromo sebagai obyek wisata
Perjalanan melalui pintu barat dari arah pintu masuk dari desa Tosari Pasuruan untuk pergi ke pusat atraksi (pasir laut) cukup berat karena medan yang harus ditempuh tak bisa dilalui biasa 4-wheel kendaraan karena jalan turun dari pendakian menuju lautan pasir yang sangat curam, kecuali kita menyewa jip yang disediakan oleh manajer tur, sehingga banyak turis yang berjalan kaki untuk sampai ke lokasi pusat. Tetapi jika kita pergi melalui pintu utara dari arah sebelum memasuki daerah Tongas Probolinggo yaitu, kita akan ke desa Cemoro gada sebelum turun menuju lautan pasir itu tidak terlalu berat karena turunan dari lereng tidak terlalu curam sehingga bahwa sepeda motor pun bisa melakukan perjalanan itu. Sebagian besar wisatawan yang ingin mudah mencapai lautan pasir melewati jalur lulus ini. Tetapi jika Anda ingin melihat matahari terbit yang sering ditampilkan dalam gambar - gambar, difoto banyak mendaki atas maka Anda rute yang lebih praktis melalui pintu barat.
Tapi jika Anda memiliki jiwa petualang maka anda dapat mencoba rute yang jarang dilalui oleh wisatawan. Yaitu melalui kota Malang, Anda masuk melalui Pronojiwo kota kecil tumpang tindih kemudian masuk kota dan akan melalui cagar alam yang sangat indah dari sini Anda akan menemukan pertigaan jalan mana menuju selatan akan memasuki panel ranu (menuju pegunungan semeru) dan ke arah utara Anda memasuki lautan pasir bromo yang terletak di bromo punggungan selatan. T-junction bernama Jemplang. Perjalanan dimulai dengan menuruni bukit dan kemudian disambut dengan jangka panjang padang rumput berubah menjadi lautan pasir. Jalan ini akan melewati lautan pasir di sekitar Gunung Bromo selama kurang lebih 3 jam. Jalur ini sebenarnya tidak terlalu curam dan dapat dilalui oleh sepeda motor, namun memerlukan jiwa petualang karena jalurnya masih jarang dilewati dan tidak ada warga satu persinggahan dan rumah. Kami benar-benar akan disajikan dengan perjalanan yang sangat menantang. Tapi Anda akan dihargai dengan Bromo rahasia lain, yang sangat jarang terlihat wisatawan, padang pasir dan ruput sabana bunga yang sangat luas berada dibalik Gunung Bromo. Ini pandangan yang berlawanan di sisi utara gersang dan berdebu. Tapi ingat, Anda tidak harus melalui rute ini pada malam hari dan atau dalam cuaca berkabut. Jalur tidak akan terlihat dalam kondidi seperti ini.
Lautan pasir adalah andalan wisata Gunung Bromo, di alam pegunungan yang sejuk, kita dapat melihat padang pasir dan daerah rumput. Sementara yang paling diantisipasi dari Gunung Bromo sightview ketika matahari terbit dan terbenam karena memang akan kelihatan jelas sekali dan sangat indah. Meskipun perjalanan ke Bromo sangat berdebu, tapi tidak terasa, karena keindahan yang disuguhkan benar-benar indah.

Liburan menuju menyortir bromo praktis jika Anda suka jenis wisatawan dan melalui pintu utara. Anda dapat melakukan kunjungan dalam waktu 12 jam. tentu saja jika Anda mulai dari kota Surabaya, Malang, Jember dan sekitarnya. Perjalanan dapat dimulai dari 12 malam sehingga anda akan sampai sekitar pukul 2-3 pagi. Di mana Anda dapat bersantai sebelum melihat matahari terbit. Makanan dan minuman vendor di bidang lautan pasir biasanya sudah buka menjelang pukul 3 pagi, sehingga Anda bisa bersiap-siap - siap untuk melakukan pendakian melewati anak tangga puncak bromo yang terkenal. menikmati pemandangan sampai 9 pagi dan Anda juga dapat kembali ke kota keberangkatan anda sekitar 12 siang. Sebagai catatan, jika Anda bepergian laut diareal pasir di tengah kegelapan malam, sebagai patokan menuju areal parkir sekitar candi Anda dapat melihat patok dari beton yang sengaja diberikan sebagai penunjuk menuju areal pura. Dan jika Anda tersesat jangan panik dan melanjutkan perjalanan (terutama di tengah kabut tebal), tunggulah karena biasanya mulai jam 2-3 pagi dengan pengendara berlalu diarea piagam lautan pasir.

3. Bromo sebagai gunung suci
Bagi penduduk Bromo Tengger suku, Gunung Brahma (Bromo), diyakini sebagai gunung suci. Sekali setahun masyarakat mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo Tengger. Upacara diadakan di sebuah kuil yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.

SEJARAH LUBANG BUAYA



SEJARAH LUBANG BUAYA
Nama Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih di sungai yang terletak di dekat kawasan itu. Di Lubang Buaya terdapat patung elang dan patung pahlawan, patung elang itu sangat besar. Selain itu juga terdapat rumah yang di dalamnya ketujuh pahlawan revolusi disiksa dan dibunuh. Terdapat mobil yang digunakan untuk mengangkut orang-orang.
Lubang Buaya adalah sebuah tempat di kawasan Pondok Gede, Jakarta yang menjadi tempat pembuangan para korban Gerakan 30 September pada 30 September 1965. Secara spesifik, sumur Lubang Buaya terletak di Kelurahan Lubang Buaya di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Lubang Buaya pada terjadinya G30S saat itu merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. Saat ini di tempat tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila, sebuah museum diorama, sumur tempat para korban dibuang, serta sebuah ruangan berisi relik.
Lubang Buaya – Dahulu waktu film G 30 S SPKI masih boleh diputar setiap tanggal 30 September, kita dapat menyaksikan kejamnya gerakan 30SPKI, dimana para korban Gerakan 30 September pada 30 September 1965 dibuang ke dalam sumur yang disebut lubang buaya. Sumur Lubang Buaya terletak di Kelurahan Lubang Buaya di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Lubang Buaya pada saat terjadinya G30S, merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. Saat ini di tempat tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila, sebuah museum diorama, sumur tempat para korban dibuang, serta sebuah ruangan berisi relik. Dalam sejarah, awal mula atau Asal Usul nama Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih di sungai yang terletak di dekat kawasan itu.
Pada 1 Oktober 1965 telah terjadi penculikan dan pembunuhan enam orang jenderal dan seorang perwira pertama AD yang kemudian dimasukkan ke sebuah sumur tua di desa Lubang Buaya, Pondokgede oleh pasukan militer G30S. Pasukan ini berada di bawah pimpinan Letkol Untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden.
Pada 4 Oktober 1965, ketika dilakukan penggalian jenazah para jenderal di Lubang Buaya, Mayjen Suharto, Panglima Kostrad menyampaikan pidato yang disiarkan luas yang menyatakan bahwa para jenderal telah dianiaya sangat kejam dan biadab sebelum ditembak. Dikatakan olehnya bahwa hal itu terbukti dari bilur-bilur luka di seluruh tubuh para korban. Di samping itu Suharto juga menuduh, Lubang Buaya berada di kawasan PAU Halim Perdanakusuma, tempat latihan sukarelawan Pemuda Rakyat dan Gerwani. Perlu disebutkan bahwa Lubang Buaya terletak di wilayah milik Kodam Jaya. Di samping itu disiarkan secara luas foto-foto dan film jenazah yang telah rusak yang begitu mudah menimbulkan kepercayaan tentang penganiayaan biadab itu. Hal itu diliput oleh media massa yang telah dikuasai AD, yakni RRI dan TVRI serta koran milik AD Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha. Sementara seluruh media massa lain dilarang terbit sejak 2 Oktober.
Jadi sudah pada 4 Oktober itu Suharto menuduh AURI, Pemuda Rakyat dan Gerwani bersangkutan dengan kejadian di Lubang Buaya. Selanjutnya telah dipersiapkan skenario yang telah digodok dalam badan intelijen militer untuk melakukan propaganda hitam terhadap PKI secara besar-besaran dan serentak. Dilukiskan terdapat kerjasama erat dan serasi antara Pemuda Rakyat dan Gerwani serta anggota ormas PKI lainnya dalam melakukan penyiksaan para jenderal dengan menyeret, menendang, memukul, mengepruk, meludahi, menghina, menusuk-nusuk dengan pisau, menoreh silet ke mukanya. Dan puncaknya kaum perempuan Gerwani itu dilukiskan sebagai telah kerasukan setan, menari-nari telanjang yang disebut tarian harum bunga, sambil menyanyikan lagu Genjer-genjer, lalu mecungkil mata korban, menyilet kemaluan mereka, dan memasukkan potongan kemaluan itu ke mulutnya….
Maaf pembaca, itu semua bukan lukisan saya tapi hal itu bisa kita baca dalam koran-koran Orba milik AD yang kemudian dikutip oleh media massa lain yang boleh terbit lagi pada 6 Oktober dengan catatan harus membebek sang penguasa serta buku-buku Orba. Lukisan itu pun bisa kita dapati dalam buku Soegiarso Soerojo, pendiri koran AB, yang diterbitkan sudah pada 1988, .Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai. Anda juga dapat menikmatinya dalam buku Arswendo Atmowiloto yang direstui oleh pihak AD, Pengkhianatan G30S/PKI, yang dipuji sebagai transkrip novel yang bagus dari film skenario Arifin C Noer dengan judul yang sama yang wajib ditonton oleh rakyat dan anak sekolah khususnya selama bertahun-tahun. Dan jangan lupa, fitnah ini diabadikan dalam diorama pada apa yang disebut Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. Meski monumen ini berisi fitnah, tapi kelak jangan sampai dihancurkan, tambahkanlah satu plakat yang mudah dibaca khalayak: “Di sini berdiri monumen kebohongan perzinahan politik”, agar kita semua belajar bahwa pernah terjadi suatu rezim menghalalkan segala cara untuk menopang kekuasaannya dengan fitnah paling kotor dan keji pun. Penghormatan terhadap para jenderal yang dibunuh itu ditunggangi Suharto dengan fitnah demikian.
Fitnah hitam dongeng horor itu semua bertentangan dengan hasil visum et repertum tim dokter yang dilakukan atas perintah Jenderal Suharto sendiri yang diserahkan kepadanya pada 5 Oktober 1965, bahwa tidak ada tanda-tanda penyiksaan biadab, mata dan kemaluan korban dalam keadaan utuh. Laporan resmi tim dokter itu sama sekali diabaikan dan tak pernah diumumkan.
Kampanye hitam terhadap PKI terus-menerus dilakukan secara berkesinambungan selama bertahun-tahun tanpa jeda. Dalil intelijen menyatakan bahwa kebohongan yang terus-menerus disampaikan akhirnya dianggap sebagai kebenaran. Bahkan sampai dewasa ini pun, ketika informasi sudah dapat diperloleh secara bebas terbuka, fitnah itu masih dimamahbiak oleh sementara kalangan seperti buta informasi.
Apa tujuan kampanye hitam fitnah itu? Hal ini dimaksudkan untuk mematangkan situasi, membangkitkan emosi rakyat umumnya dan kaum agama khususnya menuju ke pembantaian massal para anggota PKI dan yang dituduh PKI sesuai dengan doktrin membasmi sampai ke akar-akarnya. Dengan gencarnya kampanye hitam itu, maka telah berkembang biak dengan berbagai peristiwa di daerah dengan kreatifitas dan imajinasi para penguasa setempat. Selama kurun waktu 1965-1966 jika di pekarangan rumah seseorang ada lubang, misalnya untuk dipersiapkan menanam sesuatu atau sumur tua tak terpakai, apalagi jika si pemilik dicurigai sebagai orang PKI, maka serta-merta ia dapat ditangkap, ditahan dan bahkan dibunuh dengan tuduhan telah mempersiapkan “lubang buaya” untuk mengubur jenderal, ulama atau dan tokoh-tokoh lawan politik PKI setempat. Dongeng tersebut masih dihidup-hidupkan sampai saat ini.
Segala macam dongeng fitnah busuk berupa temuan “lubang buaya” yang dipersiapkan PKI dan konco-konconya untuk mengubur lawan-lawan politiknya ini bertaburan di banyak berita koran 1965-1966 dan terekam juga dalam sejumlah buku termasuk buku yang ditulis Jenderal Nasution, yang dianggap sebagai peristiwa dan fakta sejarah, bahkan selalu dilengkapi dengan apa yang disebut “daftar maut” meskipun keduanya tak pernah dibuktikan sebagai kejadian sejarah maupun bukti di pengadilan.
Seorang petani bernama Slamet, anggota BTI yang tinggal di pelosok dusun di Jawa Tengah yang jauh dari jangkauan warta berita suatu kali mempersiapkan enam lubang untuk menanam pisang di pekarangannya. Suatu siang datang sejumlah polisi dan tentara dengan serombongan pemuda yang menggelandang dirinya ketika ia sedang menggali lubang keenam. Tuduhannya ia tertangkap basah sedang mempersiapkan lubang untuk mengubur Pak Lurah dan para pejabat setempat. Dalam interogasi terjadi percakapan seperti di bawah.
“Kamu sedang mempersiapkan lubang buaya untuk mengubur musuh-musuhmu!”
“Lho kulo niki bade nandur pisang, lubang boyo niku nopo to Pak?” [saya sedang hendak menanam pisang, lubang buaya itu apa Pak?]
“Lubang boyo iku yo lubange boyo sing ana boyone PKI!” [lubang buaya itu lubang yang ada buaya milik PKI]. Baik pesakitan yang bernama Slamet maupun polisi yang memeriksanya tidak tahu apa sebenarnya lubang buaya itu, mereka tidak tahu bahwa Lubang Buaya itu nama sebuah desa di Pondokgede, Jakarta.
Dikiranya di situ lubang yang benar-benar ada buayanya milik PKI. Ini bukan anekdot tetapi kenyataan pahit, si Slamet akhirnya tidak selamat alias dibunuh karena adanya “bukti telak” terhadap tuduhan tak terbantahkan.

Tugas makala Kewarganegaraan



TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Pemilu, Golput, dan Aspirasi Agama dalam Demokrasi


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7QGy0t5D0OY3_UCIl8bLWaIfcqlab785xXTTVK9ERPO7sck_Oe05s8yVaWO-Q6LVRxVXPcVAkKOBdC-mv8PCRwbPo5F_P2aZ5_pDppLbIiswf6BfH72Y_WT0YS7HcCtERozrSThdWr7g/s1600/images.jpg
Disusun oleh:
Ardian.pradinata / 11212045
2EA02


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN










Bab I. Pendahuluan
1.1                                                                                                                                  Kata Pengantar
Dengan menyebut puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berkat Rahmat-nya saya dapat menyelesaikan makala ini dengan judul “Demokrasi Pemilu, Golput, Aspirasi agama Demokrasi”. Makala ini dibuat berdasarkan tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Serta saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman serta para sumber-sumber yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makala ini. Saya ucapkan terima kasih juga kepada Bapak Dosen Emilianshah Banowo karena telah memberikan saya kesempatan untuk membuat makala ini.
Karna keterbatasan waktu , tenaga, dan kemampuan, saya menyadari makal ini jauh dari sempurna. Oleh karna itu, saya mengharapkan para pembaca dapat memaklumi setiap kekurangan tulisan, arti, maksud dan tujuan yang ingin saya sampaikan.
Tidak lupa juga saya ucapka terimakasih serta hormat atas segala bimbingan, pengarahan dan yang telah memberikan bantuan, sehingga saya dapat menyelesaikan makala ini. Terimakasih dan semoga makala ini dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan juga bagi yang membaca.
1.2                                                                                                                                  Latar Belakang
Indonesia adalah dikenal sebagai Negara demokrasi tapi banyak masyarakat yang belom memahami tentang apaa itu demokrasi sehingga masih banyak para masyarakat yang Golput dalam memilih di pemilu.
Lain dengan negara yang sistem demokrasinya belum ajeg dan/atau yang demokrasinya bohong-bohongan. Penguasa (incumbent), dengan segala cara mendorong rakyatnya untuk menggunakan hak pilih (sudah tentu untuk memilih diri atau partainya).
1.3 Identifikasi Masalah
            Identifikasi masalah ini adalah bagaimana respon masyarakat terhadap GOLPUT yang kerap terjadi di Negara Indonesia Pemilu dimana masyarakat menjadi subject dan sekaligus object sebagai pelaksana dari Demokrasi yang seharusnya terjadi dengan baik, berdasarkan asas Pemilu jujur dan adil.  

Bab II. Pembahasan
A.      Makna Pemilu dalam Demokrasi.
Pengertian pemilu menurut UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu. Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.   
Pemilu diselenggarakan secara demokratis dan transparan, jujur dan adil dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Jadi berdasarkan Undang-undang tersebut Pemilu menggunakan azas sebagai berikut :
·         Jujur
·         Adil
·         Langsung
·         Bebas
·         Umum
·         Rahasia
Tujuan Pemilu di Indonesia
Adalah untuk memilih wakil-wakil yang duduk di DPR, DPRD I dan DPRD II.
Pemilihan Umum bagi suatu negara demokrasi sangat penting artinya untuk menyalurkan kehendak asasi politiknya, antara lain sebagai berikut:
  1. untuk mendukung atau mengubah personel dalam lembaga legislatif
  2. adanya dukungan mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang kekuasaan eksekutif untuk jangka waktu tertentu.
  3. Rakyat (melalui perwakilan) secara periodik dapat mengoreksi atau mengawasi eksekutif.

Dalam demokrasi (demos – rakyat; kratos atau kratein – kekuasaan, Latin), demokrasi tanpa embel-embel apapun, pemegang otoritas kekuasaan lahir dari adanya mandat atau kepercayaan rakyat. Melalui pemilu, rakyat memberikan kepercayaan kepada seseorang, atau sekelompok orang (yang adalah rakyat juga), yang dinilai memiliki aspirasi sama dan berkemampuan, untuk memimpin, mengatur, dan mengelola negara. Pemilu adalah cara paling sahih memperoleh figur terbaik bangsa (best of the best), dalam batasan periode waktu tertentu, untuk menjadi pemimpin dan/atau menjadi wakil rakyat (sistem presidensial) atau, wakil partai politik (sistem parlementer). Melalui pemilu akan dihasilkan pemerintahan yang tidak semata legal (sah) namun juga legitimate (memeperoleh dukung nyata dari rakyat). Agar tidak bias dan ada kepastian, demokrasi mengenal asas, suara
minimal 50% + 1, sebagai syarat adanya pengakuan dan keabsahan untuk menjadi pemimpin dan/atau untuk menerbitkan kebijakan negara. Pemilu adalah konsekuensi logis dari demokrasi yang berkedaulatan rakyat.

Kedaulatan rakyat maknanya rakyat bebas bersikap, tanpa (merasa) dipengaruhi oleh apa atau siapapun. Koridor kedaulatan adalah undang-undang (mengatur hubungan sesama warga dan mengatur hubungan warga negara dengan negara) dan etika bernegara. Kebebasan, dalam kaitannya dengan negara, adalah bagian dari hak asasi manusia (HAM) yang dideklarasikan PBB (1946) sebagai antitesa atas sistem fasis-isme/nazi-isme yang nyaris memporak-porandakan nilai-nilai kemanusiaan. Deklarasi HAM, adalah kesepakatan antar negara (yang mau meratifikasinya dalam undang-undang) untuk melindungi warga negara dari ekses kekuasaan negara (pasca-Orde Baru, Indonesia baru meratifikasi HAM). Dengan kedaulatan rakyat dimaksudkan, rakyat bebas berkumpul dan berserikat, bebas menyatakan pendapat, bebas memilih dan dipilih dan, bebas pula untuk tidak mau dipilih dan tidak memilih. Dalam demokrasi, memilih adalah hak, bukan kewajiban.

B.      Fenomena Golput.

 Fenomena golput seringkai diidentifikasikan dengan "gerakan protes" terhadap penyelenggaraan pemilihan umum dan pilkada itu muncul hanya setiap lima tahun sekali, namun yang penting untuk diketahui dari gerakan itu adalah makna dan sasaran yang ingin dicapainya serta implikasinya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di negara yang sistem demokrasinya berjalan normal, sudah biasa kalau pemilu ‘hanya’ diikuti +/- 60% konstituen pemilih bahkan kurang dari itu. Sebagai misal, di Amerika Serikat, berdasarkan data yang dilansir Federal Election Commission (FEC), angka partisipasi dalam pemilu Presiden 2004 hanya mencapai 55,3%. Sementara pemilu legislatif 2006 hanya berhasil menyedot 36,5% suara pemilih . Ini berarti angka ‘golput’ di Amerika berkisar 45-64%. (vide: Akhol Firdaus, Surabaya Post, 27 Maret 2009). Yang tidak memilih mempercayakan saja apapun hasil pemilu, mereka percaya kehidupan berbangsa dan bernegara akan berjalan sebagaimana biasa, karena pemilu tidak dimaksudkan untuk mengubah total sistem dan/atau dasar negara (hal yang terakhir ini, dalam demokrasi, hanya bisa dilakukan melalui satu-satunya pintu, referendum).

Lain dengan negara yang sistem demokrasinya belum ajeg dan/atau yang demokrasinya bohong-bohongan. Penguasa (incumbent), dengan segala cara mendorong rakyatnya untuk menggunakan hak pilih (sudah tentu untuk memilih diri atau partainya). Premisnya, ikut memilih berarti ikut menentukan nasip dan masa depan. Yang tidak ikut memilih dikategorikan sebagai tidak bertanggung jawab. Rezim penguasa tidak suka ‘golput’ karena dinilai (dan senyatanya) sebagai bentuk perlawanan tidak langsung terhadap sistem. Di negara macam ini, tidak heran, suara pemilih bisa dan biasa 100% (bahkan, bukan tidak mungkin >100%, akibat rekayasa kebablasan). Orde Baru pun menggunakan cara-cara ini. Faktanya, enam kali pemilu di era Orde Baru yang diikuti lebih 90% suara pemilih, telah mengantar negara ke bibir jurang, nyaris ambruk!
Istilah golput (Golongan Putih) muncul di saat pemilu pertama Orde Baru akan digelar. Tekanan yang secara masif dilakukan unsur kekuasaan, khususnya militer, terhadap partai politik di satu sisi dan pemanjaan luar biasa pada ‘bukan partai’ Golongan Karya (Golkar) di sisi lain, menimbulkan ketakutan dan kegelisahan di kalangan masyarakat. Sekelompok intelektual muda, yang merasa memiliki andil dalam perjuangan meruntuhkan rezim Orde Lama, dipelopori Arif Budiman, melakukan perlawanan terhadap parodi demokrasi tersebut dengan mendirikan kelompok ‘Golongan Putih’ (kemudian lebih dikenal dengan sebutan Golput). Golput adalah perlawanan, dalam bentuk satire, dengan memunculkan lambang segi lima di atas bidang warna putih, tanpa gambar. Lain dengan negara yang sistem demokrasinya belum ajeg dan/atau yang demokrasinya bohong-bohongan. Penguasa (incumbent), dengan segala cara mendorong rakyatnya untuk menggunakan hak pilih (sudah tentu untuk memilih diri atau partainya).. Sasarannya jelas ditujukan pada Golkar yang juga berlambang segi lima yang bergambar beringin di tengahnya. Reaksi penguasa terhadap golput cukup keras. Dampaknya, masyarakat takut terang-terangan menyatakan dirinya golput, bahkan terpaksa ikut memilih karena ditakut-takuti bahwa yang tidak memilih atau, memilih bukan Golkar, tetap akan diketahui penguasa dan harus siap menanggung akibatnya.

Kini, di era yang (katanya) demokrasi golput kembali marak. Gejala meningkatnya ketidakpedulian masyarakat terhadap pemilu menimbulkan kekhawatiran sejumlah kalangan, sampai-sampai MUI kebablasan, mengeluarkan fatwa haram bagi yang tidak memilih alias golput. Hal yang bisa dipahami, karena rendahnya partisipasi rakyat atas pemilu, merupakan indikator kepercayaan rakyat atas sistem yang berlaku. Mendorong rakyat memilih dengan fatwa haram atau melalui doktrin usang bahwa memilih adalah ikut menentukan masa depan bangsa sangat diragukan manfaatnya. Terlebih penting adalah kesanggupan melakukan introspeksi mengapa rakyat sampai enggan memilih, yang notabene adalah haknya selaku warga negara yang paling berharga. Rakyat kecewa, atau bosan, karena partisipasi mereka dalam pemilu, bukannya melahirkan pemimpin dan elit politik yang berkualitas melainkan menghasilkan sekelompok elit pemimpin yang berperilaku tidak terpuji seperti yang luas diberitakan media masa.

Di mana letak kesalahan? Adakah rakyat telah salah memilih atau, kesalahannya terletak pada sistem yang diberlakukan. Apabila dicermati lebih dalam agaknya telah terjadi kesalahan yang lebih bersifat fundamental, kesalahan dalam memaknai politik, yang sudah kuat ternanam, bahwa ‘politik itu kotor’. Premis yang selama 32 tahun terus dihembuskan Orde Baru. Karena ‘kotor’ maka standar norma etika dalam berpolitik bukan lagi ukuran. Pemilu berada dalam ranah politik, wajar saja kalau ada rekayasa (bahasa lain untuk kata mengelabui, atau mengakali). Orde Baru ‘menterjemahkan’ rule of law dalam bentuk pemerintahan yang bersifat formalistis-legalistik bahwa semuanya harus berlandaskan aturan atau hukum tertulis, tanpa perlu mempersoalkan benar tidaknya hukum. Dalam pemahaman Orde Baru, pemilu adalah cara agar pemerintahan bisa tetap sah secara hukum. Pemilu, dalam pemahaman yang demikian, bukan untuk memperoleh pemerintahan baru yang tidak semata legal (sah)  namun juga harus legitimate (didukung rakyat secara murni).

·         Pertama, untuk yang “murni pilihan” yang secara sadar tidak mau memilih lantaran sistem pemilu dan mekanisme pemilihan tidak mengakomodir aspirasinya. Pilihan golput dilakukan secara rasional, bukan karena emosi terhadap kondisi perpolitikan negara yang tidak memberi ruang pencerdasan.
Banyak pemilih yang berpikir bahwa memilih atau tidak memilih, tetap saja sama kondisinya. Tidak ada perbedaan yang akan dirasakan, karena calon anggota legislatif (caleg) setelah terpilih tidak melaksanakan amanah rakyat. Ada juga yang menilai tidak ada calon yang cocok sesuai kata hati.

·         Kedua, golput karena “kecelakaan” disebabkan tidak mengerti bagaimana cara memilih, ada halangan, atau karena tidak terdaftar sebagai pemilih. Kalau golput karena tidak mengerti cara memilih atau karena halangan, tentu terkait dengan peran penyelenggara pemilu dan partai politik (parpol) yang kurang melakukan sosialisasi dan pendidikan politik. Bagi yang tidak masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT), atau ada tetapi tidak mendapat surat panggilan untuk memilih, tentu ini berkaitan dengan persoalan administrasi pemilu.
Menurut pengamat politik Eep Saefulloh Fatah (Republica.co.id, 9/12/2013), golput dikelompokkan ke dalam empat golongan. Pertama, golput teknis yaitu karena keliru menandai surat suara atau berhalangan hadir ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Kedua, golput teknis-politis, yaitu disebabkan karena tidak terdaftar sebagai pemilih dalam DPT.

·         Ketiga, golput politis yaitu merasa tidak punya pilihan dari kandidat atau caleg yang  tersedia, atau tidak percaya bahwa pemilu akan membawa perubahan dan perbaikan bagi kehidupan rakyat. Keempat, golput ideologis yaitu golongan yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi (liberal). Pemilu bukan pilihan yang ideal bagi mereka.

C.      Aspirasi Agama dalam Demokrasi.

Yang dipertarungkan dalam pemilu adalah warna atau corak pemerintahan yang berlaku untuk kurun waktu tertentu yang ditentukan undang-undang. Maka mengupayakan kemenangan dalam pemilu dengan mengusung panji-panji agama, dalam demokrasi, sah. Bagi yang hendak mengusung aspirasi ideologi atau paham yang bersifat sekuler, juga sah. Kemenangan umumnya akan diraih oleh partai (sistem parlementer)atau seseorang (sistem presidensial) yang memenuhi harapan dan/atau aspirasi sebagian terbesar rakyat. Maka, kecenderungan politik di era modern adalah umumnya partai akan berusaha mencitrakan diri sebagai partai inklusif yakni menerima keanggotaan tidak didasarkan atas dasar suku, etnis, ras, atau agama tertentu. Atau, yang mengusung aspirasi agama juga tidak ingin mencitrakan diri sebagai pengusung aliran ekstrim atau radikal, yang hanya akan berakibat pada tersisihnya dalam pertarungan. Tanpa harus menyebut nama, hal yang terakhir ini dialami oleh sejumlah partai yang dengan mencolok mengusung panji-panji agama.

Sebagai catatan akhir dari tulisan ini adalah masih sering terjadinya mis-persepsi terhadap fenomena berdemokrasi dalam kaitannya dengan agama. Kemenangan partai tertentu di wilayah yang bukan penganut agama mayoritas dipersepsikan sebagai kemenangan agama minoritas. Bali, sebagai misal, dianggap sebagai pembawa kepentingan Hindu-Bali. Lebih jauh penilaian terhadap negara yang jelas sekuler namun mayoritas rakyatnya tercatat menganut agama tertentu juga diposisikan sebagai membawa kepentingan agama. Maka berlaku AS, dalam pemerintahan Republik atau Demokrat,tetap diposisikan sebagai mengusung kepentingan Nasrani. India, kendati Partai Kongres yang berkuasa kewalahan menghadapi kelompok radikal sekte Hindu, tetap dikategorikan mengusung kepentingan Hindu, demikian pula Cina, yang diperintah oleh Partai Komunis, dianggap mengusung kepentingan Kong Hu Cu, Jepang mengusung kepentingan Budha atau Shinto, walau dalam kenyataannya Partai Shinto di Jepang memperoleh suara sangat kecil, hampir tidak berarti.
Bab III. Penutupan
A.      Kesimpulan
Golput adalah tindakan yang salah tentunya menyimpang oleh karena itu diharpkan kepada seluruh masyarakat dalam Pemilu tidak ada yang namanya Golput bila ingin Negara Indonesia ingin maju.
B.      Saran
Seperti yang kita lihat serta kita ketahui bahwa Golput itu adalah tindakan yang tidak baik atau menyimpang. Jadi bagi para masyarakat diharapkan jangan pernah GOLPUT dalam memilih di pemilu bila ingin Negara Indonesia maju.

DAFTAR PUSTAKA

Hendarmin Ranadireksa.[*]

Marwan Mas
Guru Besar Ilmu Hukum Universitas 45, Anggota Forum Dosen Majelis Tribun Timur